Pages

Subscribe:

Labels

Minggu, 06 Januari 2013

KOMUNIKASI PEMBANGUNAN



Masa paradigma awal

Dalam pandangan barat pembangunan seperti yang di artikan secara umum sekarang ini, bermula atau dipengaruhi oleh program pemerintah. Amerika serikat yang di cetuskan oleh presiden harry s. Truman pada januari 1949. butir keempat dalam pidatonya ketika itu,menguumkan bahwa amerika serikat akan melaksanakan suatu program baru yang tangguh berupa bantuan teknik dan keuangan bagi Negara-negara miskin di dunia. Di kemudian hari, duia mengenal apa yang disebut sebagai marshall plan yang merupakan program bantuan AS untuk membangun kembali Negara-negara sekunya eropa yang hancur akibat perang dunia II.

Negara yang baru merdeka tadi, menurut para ahli ekonomi barat, harus dibebaskan dari lingkaran setan kemiskinan : tidak mempunyai industri karena miskin, dan miskin karena tidak mempunyai industri. Untuk keluar dari lingkaran setan itu, Negara ini memerlukan uang dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan industrialisasi.

Paradigma pembangunan yang berlaku pada masa itu yang juga dikenal sebagai paradigma modernisasi, memandang pembangunan sebagai suatu perspektif yang tunggal arah (unilinear), dan bersifat evolusioner. Para ahli pembangunan merumuskan keadaan keterbelakangan dalam bentuk perbedaan yang dapat dilihat (observable), dan kuantitatif antara negara-negara miskin dan kaya di suatu pihak, dan antara sector tradisionl dengan sektor modern di Negara-negar miskin itu sendiri.

Model yang di butuhkan dunia ketiga pada saat sekarang, menurut schram, bukan lah suatu model dunia ketiga atau model tiga benua, melainkan lebih pada suatu rangkaian (seri) model nasional yang dibuat oleh bangsa yang bersangkutan yang
¾    didasarkan pada pemahaman yang menyeluruh mengenai kebutuhan nasional,
¾    begerak pada kecepatan berapa saja yang layak dan
¾    diarahkan menuju apa yang dipersepsikan oleh Negara tersebut sebagai tujuannya
singkatnya, suatu jawaban terhadap pertanyaan: Negara acam apa yang ingin anda bangun ?

¾    KONSEP AWAL DAN PENGERTIAN PEMBANGUNAN
Pada mulanya istilah ini di populerkan oleh (dan kalangan) sarjana dan para pembuat kebijakan di amerika serikat, kemudian segera di perkenalkan ke eropa dan Negara-negara berkembang di seluruh dunia.menurut mowlana, pembangunan sebagai suatu konsep telah diperkenalkan oleh ibnu khaldun(1332-1406), seorang pemikir sosial islam, dalam karyanya muqaddimah(suatu perkenalan ke sejarah prolegoma)

¾    RENCANA MARSHALL(MARSHALL PLAN)
Negara-negara yang baru merdeka, pada uumnya berada dalam situasi yang kuran lebih sama yaitu: kehidupan sosial ekonomi yang erana akibat penajahan, tingkat pendapatan masyarakat yang rendah, keadaan pendidikan yang menyedihkan, kondisi kesehatan yang parah, dan sebagainya, yang pada pokonya dapat disebut sebagai suatu keadaan yang tertinggal darikemajuan. Dengan kenyataan sperti itu di dunia lalu terdapat dua macam keadaan yang amat kontras sau sama lainnya, yaitu: Negara Negara besar yang keadaannya cukup makmur dan tidak begitu terpengaruh oleh perang dunia yang baru selesai dan sisanya, sejulah besar Negara baru yang kelak disebut sebagai Negara terbelakang (underdeveloped), kurang maju (less developed), atau sebutan yang lebih halus: “Negara-negara sedang berkembang (developing countries)

¾    PEMBANGUNAN SEBAGAI PERTUMBUHAN
Pada masa itu pula konsep rostow yang merupakan catatan histories dari pembangunan neara-negara barat, menjadi menonjol. Dala bukunya the stage of economic growth: A non-communist manifesto, (Cambridge university perss, 1960) itu rostow mengemukakan tahap-tahap pertumbuhan yang dilalui oleh Negara modern, hingga mencapai keadaan yang yang sekaran yaitu:
¾    Masyarakat Tradisional, dimana produktivitas ekonomi masih terbatas, karena tidak mencukupinya pengebanga teknik-teknik ekonomi.
¾    Prakondisi untuk tinggal landas, dimana pembangunan merupakan sector utama (leading sector) dalam ekonomi yang secara positif mempengaruhi sektor-sektor lain; peningkatan produktivitas sector utama; dan peningkatan di bidang transportasi serta bentuk-bentuk biaya sosial atau social overbead capital lainnya.
¾    Tinggal landas (take off), yakni sutu interval dimana bagian yang lama dari system ekonomi dan hamtan terhadap pertumbuhan yang mantap akhirnya dpat diatas, dan pertumbhan menjadi suatu kondisi yang normal bagi seluruh sector masyarkat. Cirri khas tahap ini adalah peningkatan rasio tabungan dan investasi yaitu 5 persen atau kurang dari 10 persen ataupun lebih, juga tumbuhnya framework sosial, politik, dan institusional untuk memudahkan dorongan menuju perluasan pembangunan.
¾    Mas menjelang kedewasaan, suatu interval panjang untuk bertahan kalau fluktuasi ekonomi bergerak maju, dengan investasi yang mantap sebesar 10 persen sampai 20 persen dari pendapatan nasioal dan adanya sector-sektor utama lainnya yang mendukung sector utama yang lama.
¾    Abad konsumsi masa yang tinggi, suatu perubahan struktur tidak lagi terjadi secara cepat, dan sector utama bergerak kea rah barang-barang konsumen dan jasa.
   Semasa decade I ini pula di tetapkan supaya Negara-negara maju menyumbankan satu persen dari pendapatan kotor nasionalnya baikyang berasal darisektor swasta maupun pemerintah, untuk modal pembangunan di Negara-negara berkembang. Ternyata target tersebut tidak tercapai selama tahun 60-an. Bantuan pembangunan yang resmi dari Negara-negara industrial pad tahun 1960 adalah 0,52 persen dari GNP; menurun menjdi 0,34 ersen pada tahun 1970, dan melorot menjadi 0,29 persen di tahun 1975. bahkan angka-angka yang ada menunjukkan bahwa Negara seperti amerika serikat pun, hnya menyediakan 0,53 %, 0,31%,dan 0,20% dari GNP-nya bagi program bantuan luar negri untuk pembangunan pada masa yang sama.

¾    PEMBANGUNAN SEBAGAI PROSES MODERNISASI

Model ini di terima sebagai suatu kebijakan kurang lebih antara tahun 1945 hingga pertengahan 1960-an, dan didasarkan pada serangkaian asumsi, bahwa:
¾   Pembangunan identik dengan pertumbuhan
¾   Pertumbuhan dapat dicapai dengan penerapan ilmu-ilmu dan teknologi barat kepada problem produksi
¾   Semua masyarakat melalui suatu rangkaian pertumbuhan dicerminkan oleh kemamuan mereka berinvestasi dan pemanfaatan perangkat ilmu dn teknologi;
¾   Sementara pertumbuhan berlansung, institusi sosial dan politik masyarakat tradisional akan digantkan oleh bentuk-bentuk modern dalam kenyataan sosial, hal inin berarti penggantian pola-pola kewajiban dan identifikasi yang lebih komunal dengan model motivasi yang lbih individualistic
¾   Bentuk-bentuk kekuasa politik tradisionl dan feodal akan digantikan oleh benuk-bentuk aturan yang lebih demokratis
¾   Konvergensi masyarakat-masyarakat menuju model modernitas ini akan menghsilkan suatu tatanan global yang tidak begitu mendukung konflik-konflik ideologis.

Menurut rogers dan svenng (1969), modernisasi pada tingkat individual berkaitan dengan pebangunan pada tingkat masyarakat.selama ini menurut mereka terjadi kesalahpahaman (miskonsepsi) tentang modernisasi, yaitu:
¾   modernisasi sering disetarakan dengan eropanisasi atau westernisasi. Rogers megartikan modernisasi tidak sinonim dengan pegertian- pengertian di atas. Mencap proses perubahan sosial sebagai eropanisasi atau westernisasi mengandung arti bahwa sumber atau pendorong perubahan harus dating dari eropa atau dri bangsa-bangsa barat. Selanjutnya juga mengandung arti bahwa Negara- Negara yang mengadopsi ide-ide yang berasal dari barat menjadi seperti barat hingga tingkat tertentu. Pandangan  seperti itu terlalu membtasi dan dalambanyak hal tidak akurat. Modernisasi menurut rogers merupakan sintesis dari cara-cara lama dan baru dan dengan begitu bias berlainan dalam lingkungan yang berbeda. Unsur-unsur barunya tidak harus dating dari eropa atau barat. Adopsi inovasiyang dikembangkan di luar tidak menjadikan Negara penerima menjadi replica dari Negara sumber karena sebagian besr inovasi menuntut adaptasi yang lumayan untuk memenuhi kondisi-kondisi yang berbeda di Negara penerima.
¾   seringkali terkadang arti bahwa seluruh modernisasi adalah baik. Definisi rogers sama sekali tidak bermaksud melakukan value judgement.modernisasi membawa perubahan. Yang amat mungkin menghasilkan bukan hanya mafaat tapi juga konflik, kesakitan, dan keuntungan relative. Black (1966) mengingatkan bahwa “modernisasi harus dipikirkan sebagai suatu proses yang secara simultan bersifat dan destruktif, memberikan kesempatan-kesempatan dan prospek baru dengan suatu harga yang tinggi yang terkadang harus dibayar dalam bentuk penderitaan”.
¾   proses modernisasi tidak berdimensi tunggal (unidimensional) sehingga tidak dapat diukur hanya dengan satu criteria atau indeks saja modernisasi harus dipandang sebagai suatu proses yang menyangkut interaksi banyak factor sehingga harus lebih dari satu aspek perilaku individual yang di ukur guna menentukan statusnya dalam kontinum modernisasi. Variable-variabel seperti tingkat kehidupan, aspirasi, melek huruf dan pendidikan, partisipsi politik, kekosmopolitan, dan komunikasi semuanya merupakan faktor yang menentukan modernisasi.

¾   PEMBANGUNAN DAN DISTRIBUSI SOSIAL
Pengalaman pembaguan di tahun 60-an ternyata tidak seperti yang diharapkan semula. Memang benar pendapatan perkapita telah miningkat, pabrik-pabrik sudah berdiri, tabugan dan investasi juga telah menaik. Tapi kenyataan yang ada ternyata tidak seperti yang diharapkan oleh Negara-negara baru yang memimpikan jalan pintas untuk sampai pada keadaan Negara maju.

Kenyataan-kenyataan terseutlah, yang pada dasarnya melatar belakangi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang diajukan seers (1969) seorang ekonom dari Sussex, yang selalu dikutip dalam berbagai pembahasan mengenai pembangunan:

“masalah-masalah yang harus dipersoalkan megenai pembangunan suatu negara adalah: apakah yang terjadi terhadap kemiskinan? Apa yang terjadi terhadap pembangunan? Dan apa yang terjadi terhadap ketidak adilan? Kalau ketiganya telah merosot dari tingkat yang tadinya tinggi, maka tidak diragukan lagi bahwa pembangunan telah terlaksana dinegara yang bersangkutan. Tapi jika salah satu atau dua di masalah utama tersebut justru semakin memburuk, apalagi bila ketiga-tiganya, maka akan aneh untuk menyebutnya sebagai hasil dari suatu pembangunan.sekalipun pendapatan perkapita telah naik berlipat.     


Berbagai Rumusan Baru Tentang Pembangunan

Kalau pada model awal pembangunan yang ditekankan adalah perlunya kapitalisasi,kemudian dalam model distribusi sosial muncul kesadaran akan keadaan margialitas yang dihasilkan oleh konsep pembangunan dengan arti pertumbuhan,maka kemudian tampil sejumlah pengulas teori pembangunan terutama yang berasal dari Negara berkembang sendiri, seperti amerika latin yang meninjaunya dari sudut tekanan histories mengenai hubungan antara Negara maju dengan Negara berkembang. Sebagian masalah yang dihadapi Negara berkembang enyangkut baik knowledge gap maupun problem informasi. Agar efektif, solsinya juga harus mengarah pada kedua hal itu, erkadang secara berurutan, tapai seringkali harus secara simultan. Pengalaman pada era kemajuan teknologi di bidang pertanian yang dikenal sebagai green revolution tempo hari menunjukkan bahwa enciptakan, menyebarluaskan, dan menggunakan pengetahuan dapat mempersempit jurang pengethuan. Juga enunjukkan bahwa pengetahuan know-bow hanya sebagian dari yang menenukan kesejahteraan masyarakat. Problem informasi akan menyebabkan kegagalan pasar dan menghambat efisiensi dan pertumbuhan. Pembangunan ternate mengikui kebutuhan aka suatu transformasi institusi yang meningkatkan informasi dan menciptakan insentif bagi upaya, inovasi, tabungan, investasi, dan memungkinkan secara progresif pertukaran yang kompleks yang merentang jarak dan waktu yang menigkat.


Sebenarnya, Apakah pembangunan Itu?

Dalam pengertian sehari-hari yan sederhana, dapatlah disebutkan bahwa pembangunan merupaka usaha yang dilakkan leh suatu masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Dalam tulisan-tulisan mengenai pembanguan, pengertian-pengertian berikut ini biasanya selalu dikaitkan dalam menyusun suatu definisi pembangunan; yaitu: modernisasi, perubahan sosial, industrialisasi, westernisasi, pertumbuhan (growth), dan evolusi sosio-kultural.

Namun soedjatmoko mengingatkan bahwa pembangunan bukan suatu proses yang membujur lurus, melainkan suatu jaringan perubahan –perubahan yang erat sekali hubungannya satu dengan yang lain. Ia melihat ada dua perangkat kebutuhan belajar yang luas: yang satu menoleh ke belakang, sedang yan satu lagi memandang ke depan. Kedua kebutuhan belajar itu, apabila dikuasai, dapat membuka jalan untuk melepaskan diri dari ancaman kegagalan di masa lalu, dan kekhawatiran terhadap tantangan masa depan. Perangkat yang pertama membuat kita belajar dari sukses dan kegagala dalam pembangunan setelah perang dunia II. Sedangkan dengan perangkat yang sau lagi kita belajar sambil mempersiapkan diri sembari menjawab proses transformasi kehidupan manusia yang kin sedng berlangsung. Freire yang terkenal dengan gagasanya “pembangunan sebagai suatu pembebasan” pad hakikatnya juga mengetengahkan hal yang sama. Pembebasan yang dimaksudkannya adalah memerdekakan rakyat dari kungkungan kebodohan, melalui upaya mencerdaskan seluruh anggota masyarakat, terutama mereka yang berada di lapisan bawah. Begitu pula konsep IIIich yang demikian populer di dunia ketiga, mengandung unsure pendidikan sebagai komponen yang dominant dalam menafsirkan pembangunan dalam ati yang sesunguhnya.

Komunikasi Dan Pembangunan

Bagaimanakah pandangan disiplin ilmu-ilmu sosial mengenai peran dan tugas komunikasi pembangunan? Fungsi apa sajakah yang seyoginya dilaksanakan oleh komunikasi dalam pelaksanaan pembangunan menurut tinjauan disiplin ilmu di luar komunikasi sendiri? Untuk mendapat suatu gambaran ringkas, baiklah kita telusuri beberapa konsep yang pernah dimunculkan mengenai hal ini, guna memahami berbagai ekspektasi yang ditujukan kepada komunikasi dalam rangka kegiatan besar yang bernama pembanguanan itu.

Dalam penerapan komunikasi di berbagai bidang pembangunan belakangan ini, dengan intensif telah digunakan pendekatan system guna menghasilkan program komunikasi yang lebih efektif. Hal ini terutama berkat keikutsertaan ahli-ahli pendidikan dalam berbagai proyek komunikasi di berbagai tempat di Negara-negara berkembang. Pada pokoknya system merupakan suatu gambaran dalam memandang dunia. Hamper semuanya dapat dipandang sebagai system. Tubuh manusia, sel, pohon, pabrik sepatu, dan suatu program komunikasi, masing-masing dapat dilihat sebagai system.suatu system bias bersifat mekanik, pasif, da tidak mampu bereaksi terhadap lingkungannya (seperti sebuah jam); dapat pula reaktif dan didisain untuk mencapai suatu tujuan (seperti pesawat antariksa); atau dapat berputar dan menetapkan tujuan (seperti usaha bisnis).

Suau system, menerima pengaruh dari lingkungannya yang disebut sebagai input atau masukan yang kemudian mengolahnya output atau keluarn. Output ini merupakan produk, pelayanan, dan pengaruh yang disampaikan oleh suatu system dengan tujuan mengubah lingkungannya. Menurut Bordenave (1997) suatu program komunikasi merupakan goal-establishing system karena para perencananya merumuskan serangkaian tujuan yang dapat mereka ubah manakala program sedang berjalan. Mereka juga dapat memilih dan menyesuikan alat atau sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Penerapa konsep system dalam program komunikasi pembangunan memberikan manfaat sebagai berikut:
¾   dengan memandang kejadian-kejadian secara sistematik, mengungkapkan bagaimana berbagai aspek dari pembangunan saling berkaitan satu sama lainnya
¾   perhatian terhadap tujuan (objectives)yang iiheren dalam pendekatan system membuat perencanaan komunikasi pembangunan lebih teliti dalam menganalisa masalah pada tahap perencanan program-program komunikasi pembangunan.
¾   membawa pada kesadaran akan fakta bahwa program dan institusi pemerintah merupakan subsistem dari suatu system yang lebih luas, sehingga tjuannya harus konsisten dan saling mendukung.

Kominikasi Pembangunan Dalam Penerapannya

Seperti telah dsinggung di bagian terdahulu, variasi penafsiran konsep komunikasi pembangunan juga tercermin dalam penerapannya dalam berbagai sector pembangunan. Keragaman itu segera tampak pada sejumlah bentuk ataupun unit aktivitas yang meskipun mengenakan label yang berbeda, namun jelas menunjukkan keterkaitan dan kesamaan satu sama lain. Dalam hubungan ini, dapat diidentifikasi beberapa lapangan kegiatan yang menonjol yang pada hakikatnya memiliki missi yang sama, yakni mengomunikasikan ide-ide dan program pmbangunan kepada khalayak yang menjadi sasaran ataupun yang dimaksudkan kelak sebagai penerima manfaat kegiatan yang bersangkutan.

Perkembangan lain yang penting untuk dicatat dalam kaitan ini adalah, bahwa dengan berkembngnya disiplin komunikasi pembangunan berikut penerapannya di berbagai bidang kehidupan adalah, terjadi konvergensi atau akumulasi pengetahuan di bidang komunikasi, informasi dan motivasi pembangunan sebagai hasil dari kolaborasi yang konkritdari berbagai disiplin dan bidang ke ahlian. Amatlah menggembirakan untuk menyaksikan secara nyata, bahwa konsepsi dan penerapa komunikasi pembangunan hingga mencapai bentuknya yang sekarang hanya mungkin terwujud berkat urun sumbangan yang terlaksana di antara para teknologi perangkat keras, ahli media, kalangan pendidikan para pelopor pendekatan system, manajemen, periklanan, pekerja seni dan kreatif baik dalam arti konsep maupun karya nyata.kesemua hal tadi telah membentuk KP sebagai suatu lapangan aktivitas menjadi tambah serius dan semakin professional. Konsekuensi logis dari pertumbuhn seperti itu adlah, bahwa KP dewasa ini lebihdapat di andalkan ketimbang saat-saat awal pemunculaya tempo hari. Masih dalam rankaian pertumbuhanna itu, komunikasi pembangunan pada saat sekarng bertambah berkemban dengan dukungan metode-metode, prinsip-prinsip dasr, dan tknik-teknik yang relative makin baku dan dapat di pertanggung jawabkan (accountale). Seterusnya, perkebangan tersebut telah mendorong dan membangkitkan minat serta perhatian untuk mendalami, mengkaji lebih lanjut serta menjadikan lapangan ini sebagai suatu bidang keahlian dalam pengertia yang sesungguhnya. Berbeda dengan awal pertumbuhannya, kini KP bukan saja sekedar sebagai suatu subyek studi yang diakui, tapi juga telah tumbuh sebagai suatu jurusan ataupun program studi di berbagai program pendidikan tinggi.

 Teknologi Informasi Dan Komunikasi Untuk Pembangunan

Tak dapat disangkal bahwa kehidupan selama beberapa dasawarsa belakangan ini ditandai oleh perubahan besar-besaranyang berpangkal dari kemajuan teknologi komunikasi. Pada tahun 1980-an dan 1990-an mulai berkembang suatu paradigma techno-economic baru.chip-chip mikroelektronik menggantikan energi sebagai factor kunci, sementara industri dan jasa informasi dan telekomunikasi (komputer, barang elektronik, robotic, peralatan telekomunikasi, fiber optic, jasa bahan perangkat lunak, dan informasi) mengambil alih pimpinan dalam proses pertumbuhan ekonomi satelit, jaringan telekomunikasi digital dan computer untuk keperlun khusus, menyediakan prasarana bagi perluasan pelayanan informasi dan komunikasi yang berlanjut terus ke abad-21 (OECD,2000)


BUKU,KASET,FILM, BUKAN MEDIA MASSA DI ZAMAN MODERN !!!!


Mengapa buku, kaset dan film tidak dikatakan lagi sebagai  Media Massa di zaman modern ini?

Alasannya :
Menurut saya buku, kaset dan film umumnya dikatakan media massa, cuman dalam media massa di zaman modern tidak dikenal lagi melainkan televisi, radio,surat kabar,dll. Hal ini dikarenakan perkembangan zaman teknologi yang semakin maju sehingga banyak pembaharuan media yang dibutuhkan setiap konsumen, serta belum tercukupi adanya karakter media massa itu sendiri. Ada beberapa hal yang dikatakan sebagai alasan pendukung atas pertanyaan ini yaitu :

1.Buku
Buku adalah kumpulan kertas yang terangkum menjadi satu bagian ini tidak dipungkiri lagi merupakan sesuatu yang sangat penting dari masa ke masa, begitu pula bagi perkembangan manusia. Tetapi budaya lisan atau budaya mendengar lebih kuat mengakar dalam tradisi masyarakat modern dibandingkan budaya membaca. Hal ini terlihat pada realita yang sering kita temui di masyarakat, semisal lebih suka mendengar cerita dari orang lain daripada membaca sendiri. Selain itu penetrasi media elektronik yang masuk seiring dengan rendahnya keminatan masyarakat pada aktivitas membaca, dan  daya beli masyarakat yang rendah, yang banyak melibatkan kebingungan antara masyarakat yang mengabaikan buku, penerbit yang takut gulung tikar, penulis yang tidak terwadahi dengan baik, dan distribusi buku yang tidak merata. Maka buku hanya bisa dikatakan sebagai sarana informasi saja. Karena buku belum bersifat serempak yang artinya dimana secara bersamaan (dengan waktu 1 x 24 jam) informasi bisa diterima oleh banyak orang yang menjadi salah satu karakter dari media massa itu sendiri.

2.Kaset
Kaset bisa diartikan sebagai media penyimpanan data  umumnya berupa lagu. Berasal dari bahasa prancis yakni [cassette] yang berarti ‘kotak kecil’. Biasa juga disebut “ pita kaset”. Kaset berupa pita magnetik yang mampu merekam data dengan format suara. Dari tahun 1970 sampai 1990-an, kaset merupakan salah satu format media yang paling umum digunakan dalam industri musik. Kaset terdiri dari kumparan-kumparan kecil. Kumparan-kumparan dan bagian-bagian lainnya ini terbungkus dalam bungkus plastik berbentuk kotak kecil berbentuk persegi panjang. Di dalamnya terdapat sepasang roda putaran untuk pita magnet. Pita ini akan berputar dan menggulung ketika kaset dimainkan atau merekam. Ketika pita bergerak ke salah satu arah dan yang lainnya bergerak ke arah yang lain. Hal ini membuat kaset dapat dimainkan atau merekam di kedua sisinya. Contohnya, side A dan side B. setelah berkembangnya compact disc (CD) di tahun 1990. Di tahun 2000-an penjualan kaset menurun drastis. Sehingga semakin tahun kaset semakin redup dan tak dapat digunakan lagi sebaga media massa. Apalagi di zaman sekarang para produser dan musisi pun harus rela kehilangan penghasilan dari penjualan kopi lagu dalam berbagai bentuk baik kaset, cd, dan lain-lain. Kini para musisi mengandalkan penghasilannya dari manggung, jual ringtone, jual ringbacktone, royalti lagu, jadi bintang iklan, jual merchandise, dan lain sebagainya.

3.Film
Sebenarnya film masih berjaya sampai sekarang tetapi ada hal yang dapat membedakan dimana film benar-benar di katakan media massa maupun tidak. Film umumnya merupakan media penyimpanan pias (lembaran kecil) selluloid yakni sejenis bahan plastik tipis yang dilapisi zat peka cahaya. Film pun di zaman sekarang diartikan sebagai selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop) serta sebagai lakon (cerita) gambar hidup, tetapi setelah begesernya waktu film pun dapat ditampilkan tanpa adanya media selluloid( media peka cahaya) pada tahap pengambilan gambar. Pada tampilan gambar pun bisa diedit dengan berbagai macam tahap. Mungkin dengan kemajuan teknologi inilah yang mengubah film tidak seutuhnya sebagai media massa. Bisa simpulkan sekarang film dikatakan bentuk karya seni dengan menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya. film ini belum dapat memberikan ataupun menyalurkan pesan kepada penerima dalam waktu bersamaan, sehingga hanya bisa dikatakan sebagai media informasi. Tetapi disamping itu



film juga dapat dikatakan media massa dalam pasal 1 ayat (1) UU Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman di mana disebutkan bahwa yang dimaksud dengan film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem mekanik, elektronik dan/atau lainnya.  Sedangkan film maksudnya adalah film yang secara keseluruhan diproduksi oleh lembaga pemerintah atau swasta atau pengusaha film di Indonesia, atau yang merupakan hasil kerja sama dengan pengusaha film asing.

EKSTERNAL PR


·    Apa kepentingan lembaga terhadap pers?
Tujuan utama press relations adalah untuk memperoleh pemuatan atau penyiaran secara maksimal tentang informasi PR yang disampaikan untuk meberikan pengetahuan dan menciptakan
pengertian publiknya.
Sehingga kepentingan lembaga terhadap pers adalah untuk publikasi seluas-luasnya. Setiap kegiatan PR sedapat mungkin menimbulkan publisitas.

·    Apa kepentingan pers terhadap lembaga?
Kepentingan utama pers terhadap lemabga adalah informasi (yang memiliki nilai berita)  untuk bahan berita.
Karena kehidupan pers sangat terganung pada pemasukan dari iklan maka selain informasi lembaga pers juga punya kepentingan agar lembaga mamasang iklan.
Disinilah sebenarnya terjadi simbiosis mutualisme anatar pers dan perusahaan

Bentuk-bentuk kegiatan press relations
·    Pembuatan, penyebaran press release (siaran berita) ; bisa dilakukan pra dan pasca kegiatan
·    Konferensi pers/Jumpa pers; bisa dilakukan pra dan pasca kegiatan, selain itu juga bisa dg press brefing
·    Kunjungan pers/press tour
·    Resepsi pers/ press gathering
·    Peliputan kegiatan
·    Wawancara pers
·    Special event

Prinsip umum untuk membina hubungan dengan pers;
·    By serving the nedia
·    By establishing a reputations for reliability
·    By supplying good copy
·    By cooperations in providing material
·    By providing verification facilities
·    By building personal relationship with the media

Distorsi hubungan PR dengan Prs
Pemahaman tentang PR yang belum sama
Minimalnya apresiasi terhadap tanggung jawab masing-masing
Kecenderungan PR mendekati PR hanya  kalau ada masalah
Kecenderungan  PR memanfaatkan pers sebagai lembaga penyiar berita.
Kecenderungan institusi tertentu mendekati pers dengan kekuasaan
Pers memanfaatkan PR untuk sumber berita dengan motivasi nonjurnalistik, tapi untuk kepentingan pribadi si wartwawan


Upaya untuk meningkatkan hub dengan pers:
Pertemuan berkala  antara PR dengan pers
Lobby berkala antar pimpinan perusahaan dengan pers/redaksi
Press tour yang memberikan kesempatan pada wartawan untuk mengenal lebih jauh ttg perusahaan
Akses yang mudah bagi pers terhadap eksekutif perushaan
Pendelegasian wewenang yang jelas terkait pejabat PR yang memberi informasi
Apresiasi pejabat PR pada mekanisme kerja pers
Pers harus menghormati prinsip of the record

Hal-hal penting yang perlu diketahu pelaku PR terkait dengan pers:
Jenis media: cetak atau elektronik
The editorial policy; kebijakan redaksional yang meliputi visi, misi, isi dan bentuk media yang terbitkan
Frequency of publication; periodesasi terbitan (harian, mingguan, dwi mingguan bulanan dst)
Circulations area atau shre dan rating untuk  media elektronik.
Profile audien; bagaimana karateristik audien dari media secara demografi, sosiografi maupun psikografi.
Cara distribusi; cara pnyebaran media/pesan ke audien.
Copy date/ deadline; batas waktu dan tanggal pemasokan berita ke  redaksi, termasuk isu berita yang akan datang.

Berita dan nilai berita
Apa itu berita?
Informasi yang belum diketahui oleh pihak penerimanya.
Apa saja nilai Jurnalistik itu?
Aktualitas,Proximity, Penting, Keluarbiasaan, Akibat yang ditimbulkan, Ketegangan, Konflik, Seks, Kemajuan, Emosi dna Humor

Nara sumber yang disukai wartawan
Memiliki kredibilitas
Orang nomor satu
Orang yang ahli
Pribadi yang jujur
Memiliki wewenang
Pakar dibidangnya
Tajam dan analitis
Cara bertutur yang runtut
Berwawasan luas
Punya banyak data dan informasi

Mitos wartawan
Wartawan bisa diundang kapan saja
Wartawan selalu memberitakan hal-hal yang negatif
Wartawan selalu komersial (dua jenis amplop; amplop suap dan transportasi)
Wartawan selalu urakan
Wartawan manusi pintar
Wartawan yang membutuhkan berita
Wartawan kebal hukum
Wartwan bisa menulis apa saja
Wartawan sosok yang menakutkan
Wartawan manusia sakti


Empat aspek manajemen pers
Departemen edoterial
Departemen iklan
Departemen Produksi
Departemen Sirkulasi
Dari kekempat departemen diatas yang paling relevan dengan PR adalah departemen editorial dan departemen iklan.

PRESS RELATIONS

Apa saja 6 langkang perencanaan PR itu?
Pengenalan situasi
Penetapan tujuan
Definisi/penetapan khlayak
Pemilihan media dan teknik PR
Perencanaan anggaran
Pengukuran hasil kegiatan PR

Kenapa kegiatan PR harus direncanakan?
Untuk memnetapkan target kegiatan PR sehingga hasilnya bisa diukur
Untuk memperhitungkan volume kerja dan biaya
Untuk menetapkan skala prioritas (jumlah program dan waktu)
Untuk menentukan kesiapan pelaksanaan